Tuesday, October 9, 2007

KoNseP PeKeRJaAN MeNUruT MArX

Pekerjaan, Sebuah Kegiatan Keterasingan Manusia




Pengantar



Dalam pandangannya mengenai manusia Marx melihat bahwa manusia adalah makhluk sosial, dimana ia tidak dapat dipisahkan begitu saja dari lingkungan sosialnya. Bahkan Marx melihat bahwa bekerja adalah usaha manusia ‘membuktikan’ dirinya bahwa ia adalah makhluk sosial. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan bekerja manusia malah menjadi terasing entah dari orang lain atau bahkan terasing dari dirinya sendiri? Dan bagaimanakah sebenarnya konsep Marx mengenai manusia itu sendiri?

Pandangan Marx

Sebelum melihat jawab dari pertanyaan diatas ada baiknya kita melihat dulu bagaimana pandangan Marx mengenai pekerjaan. Marx melihat pekerjaan sebagai usaha manusia dalam usahanya mengenal, mengembangkan dirinya secara penuh. Marx sendiri melihat tiga hal penting mengenai pekerjaan. Pertama, tindakan pekerjaan merupakan sesuatu yang hanya ada pada manusia. Karena manusia melakukan sebuah tindakan dalam kerangka sebagai objek kehendak dan juga kesadarannya, hal inilah yang menjadi pembeda manusia dari binatang dimana binatang melakukan sebuah tindakan dikarena naluri belaka. Kedua, tindakan pekerjaan menjadi sarana manusia untuk merealisasikan apa yang ada dalam pikirannya. Sama seperti penulis yang mengerjakan tugas ini, yang merupakan sebuah bentuk prealisasian konsep-konsep tentang Marx yang ada dipikiran penulis menjadi sebuah paper yang merupakan kenyataan obyektif hal tersebut. Dan ketiga karena hasil pekerjaan yang telah dilakukan dapat dipergunakan oleh orang banyak maka pekerjaan menjadi jembatan sosial antar manusia dan dengan demikian semakin tampak bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Dari ulasan singkat diatas dapat kita lihat bahwa Marx, menempatkan pekerjan ditempat yang tertinggi, dimana manusia bisa merealisasikan kedirinya secara utuh. Akan tetapi pertanyaan akan muncul, bila pekerjaan merupakan usaha manusia merealisasikan kediriannya, lalu bagaimana manusia bisa terasing? Marx melihat bahwa dalam sistem kapitalisme, pekerjaan tidak menjadi sebuah perealisasian diri para pekerjaanya, pekerjaan tidak menjadi sebuah kegiatan yang menghasilkan kepuasan, akan tetapi menghasilkan yang sebaliknya. Hal ini disebabkan karena dalam sistem kapitalisme orang tidak bekerja secara bebas, tidak bekerja dalam minat dan bakatnya akan tetapi bekerja menjadi prasyarat manusia untuk bisa hidup di dunia ini, sehingga manusia tidak lagi mengembangkan dirinya. Atau dengan kata lain ciri khas pekerjaan yang membedakan manusia dengan hewan menjadi hilang karena pada akhirnya manusia sama seperti hewan yang melakukan tindakan berdasarkan naluri saja, naluri untuk bertahan hidup dimana pekerjaan bukan lagi sebuah tindakan yang dilakukan dengan rasionalitas dan kesadarannya.

Marx melihat bahwa keterasingan yang dialami oleh manusia akibat pekerjaannya adalah keterasingan terhadap dirinya sendiri dan juga terasing dari orang lain. Keterasingan dari dirinya sendiri menurut Marx mempunyai tiga segi yaitu keterasingan dari produknya, dimana sebuah produk yang seharusnya menjadi sebuah obyektifikasi pekerjaan ternyata ia sendiri tidak ‘memiliki’ hasil pekerjaan itu sendiri apalagi bila ia pekerjaannya hanya merupakan bagian kecil dari produk itu sendiri, sehingga yang dikerjakan tidak menjadi perwakilan dari dirinya, sehingga arti bekerja menjadi hilang artinya. Yang kedua karena tindakan bekerja itu sudah hilang artinya, pekerjaan hanya menjadi paksaan, dimana dorongan dari luar yang membuat ia mau tidak mau harus bekerja. bekerja bukan sebagai kebutuhan, melainkan menjadi pemenuhan kebutuhan. Inilah yang disebut oleh Marx sebagai keterasingan dalam pekerjaan. Yang ketiga, pada akhirnya pekerjaan bukan menjadi sesuatu yang memperkaya esensi dirinya sebagai manusia tetapi malah mempermiskin diri. Dengan demikian manusia telah menyangkal dirinya sebagai yang bebas dan yang universal (karena bekerja hanya menjadi dorongan naluri).

Sedangkan keterasingan dari orang lain, Marx melihatnya sebagai konsekuesi logis disaat manusia terasing dari hakekatnya sebagai manusia maka disaat itulah ia terasing dengan manusia yang lainnya. Secara empiris keterasingan ini berasal dari kepentingan yang saling berseberangan. Ada dua arah, yang pertama adalah sistem hak milik memnyebabkan membagi manusia menjadi dua yaitu kelas pekerja dan kelas tuan. Kedua elemen ini tidak ‘berkelahi’ karena emosional akan tetapi karena perbedaan kepentingan, dimana kelas tuan ingin untung dengan mengurangi upah sedangkan pekerja menginginkan upah tinggi dan kondisi kerja yang menyenangkan. Inilah yang menyebabkan keterasingan terhadap sesama itu. Selain itu keterasingan ini juga terjadi dalam kelas yang sama antara pekerja dengan pekerja dan tuan dengan tuan. Dimana terburuh bersaing untuk tempat bekerja sedang para tuan berebut pasar.


Dari penjelasan yang sudah tertulis diatas dapat kita kita jawab pertanyaan bagaimanakah manusia bisa terasing dari pekerjaannya. Secara singkat dapat dijawab bahwa keterasingan tersebut terjadi karena kerja sudah tidak lagi mendapat pemaknaan yang sebenarnya sehingga manusia bukannya bekerja demi kepenuhan dirinya tetapi bekerja hanya sebagai pemenuhan kebutuhan belaka.

Lalu bagaimana konsep Marx sendiri tentang manusia itu sendiri? Marx melihat bahwa pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang sosial, hal ini terlihat dari pemaknaan Marx terhadap kerja, dimana kerja juga dilihat sebagai jembatan sosial antar manusia, karena kerja juga mempunyai dimensi universal dimana hasil dari kerja bisa digunakan oleh semua manusia. Selain itu Marx menegaskan bahwa tidak ada manusia yang berada di luar lingkungan sosial masyarakat. Akan tetapi yang terjadi sebaliknya, Marx melihat bahwa hakekat manusia semakin tersamarkan, sehingga hakekat manusia yang muncul bukan lagi manusia sebagai makhluk sosial tetapi yang terlihat sebaliknya misalnya sebagai homo homini lupus. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan sekitar manusia yang semakin terkontaminasi sistem kapitalisme, dimana hukum alam (siapa yang kuat itulah yang menang) menjadi gerak masyarakat. Dari sisi ini Marx melihat bahwa hakekat manusia yang terlihat dalam keadaan sehari-hari bukanlah sebuah hakekat alami manusia, hakekat itu adalah hakekat kedua manusia yang terbentuk karena pengaruh dari lingkungan sekitar.



Penutup




Penulis menyetujui pemaknaan pekerjaan yang dibuat oleh Marx, dimana pekerjaan memang seharusnya menjadi wadah manusia untuk mengembangkan dirinya untuk mencapai kepenuhan diri. Sehingga pekerjaan seharusnya bukan menjadi sebuah beban, tetapi menjadi sebuah kesempatan. Menurut penulis, konsep Marx tentang pekerjaan pun masih sangat relevan, karena disadari atau tidak banyak dari kita bekerja hanya sebagai usaha pemenuhan kebutuhan saja sehingga orang bersedia bekerja apa saja, sesuai atau tidak dengan minatnya dan kemampuannya, atau bahkan bekerja dengan rasa keterpaksaan agar mereka bisa selalu hidup.

Selain itu mau disadari atau tidak pendapat Marx mengenai bahwa lingkungan sosial dapat mempengaruhi manusia, penulis merasa pandangan itu juga relevan hingga saat ini. Karena mau disadari atau tidak terkadang kita jatuh terhadap konformitas, dimana kita pada akhirnya jatuh dalam hidup selalu mengikuti tren yang sedang sedang ada di lingkungan sekitar kita. Disaat kita bekerja di sebuah lembaga yang penuh dengan kegiatan korupsi, bekerja disistu dapat membuat kita jatuh dalam kegiatan korupsi itu karena bila kita juga tidak korupsi kita tidak akan diterima dalam masyarakat tesebut karena kita selalu akan dicurigai dalam komunitas masyarakat tersebut dan tidak dianggap sebagai bagian dari kelompok masyarakat tersebut. Sehingga pandangan Marx mengenai bahwa lingkungan sosial dapat merubah hakekat manusia, dari contoh inilah hal tersebut mendapat kepenuhannya.

Lalu bagaimana hal ini harus diatasi menurut Marx? Marx memberikan jawaban yang singkat, hancurkan sistem kelas, karena sistem kelas menjadi sumber keterasingan bagi manusia entah dari pekerjaannya, dirinya, dan sesamanya.

Bahan Bacaan

  • From Alienation to Surplus Value, karya Paul Walton dan Andrew Gamble
  • Karl Marx’s Philosophy of Man
  • Pemikiran Karl Marx, dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisioner Karya Franz Magnis-Suseno

No comments: